Minggu, 31 Januari 2016

#thinkagain


sudah lama tidak bercerita disini, ditengah kesibukan, hingar bingar kerjaan, hingga kemacetan ibu kota tentunya.
beberapa kali tulisan saya masih tidak jauh jauh dari soal percintaan. berasa paling paham aja kalau udah ngomongin soal "cinta-cintaan" nyatanya, masih sering merasa bodoh sendiri apalagi jika sudah bahas masalah hati. saya sih seperti itu, tahunya hanya teori, prakteknya NOL besar. iya tidak ?
yang saya fahami sekarang, bahwa hubungan ternyata ga bisa segampang itu terwujud meski sudah berada dalam jalur sama sama nyaman, sama- sama nyambung ataupun hal yang "sama-sama" lainnya.
ternyata "Sama-sama" itu ga menjamin bahwa kita bisa berjalan beriringan. mungkin ini yang dinamakan hubungan ala dewasa. maklum saja teman, saya hanya taunya hubungan ala ABG yang mana jika saling suka ya pacaran, jika sukanya hilang ya bubaran. pengetahuan yang minim sekali bukan ?

Tahun ini, usia menginjak seperempat abad. sudah mulai didesak untuk memikirkan bagaimana nanti kedepannya. hidup dengan siapa, karir bagaimana, dan hal hal gelap lainnya yang dicoba untuk di rangkai indah mulai dari sekarang, hanya karena usia sudah mulai masuk seperempat abad. 
saat ini, dering telfon dari si bapak tidak hanya bahas soal sudah makan atau belum? atau sekedar tanya bagaimana kesehatan saya disini. pertanyaan spesifik yang menohok hati pun kerap wajib didengar seperti "sudah punya pacar ?" atau sekedar bilang "sudah boleh difikirkan ya nakku" dan apa lagi yang bisa saya jawab selain tawa kecil yang menjelaskan semuanya bahwa saya masih merasa belum terlalu siap memikirkannya hal seserius itu.

ketika undangan pernikahan sudah mulai mampir, ketika melihat foto prewedding di sosial media, jelas terlintas sejenak dengan dan bagaimana saya nantinya bertemu dengan "dia". sosok yang sampai sekarang belum saya temukan, atau mungkin sudah atau bahkan mungkin justru sudah terlewat. saya hanya merasa sedikit penasaran.
bagaimana nanti kami akhirnya saling bisa merasakan yakin satu sama lain ,
bagaimana nanti kami saling menyakinkan keluarga bahwa "she's the one or he's the one"
bagaimana dan bagaimana, adalah pertanyaan yang kerap mampir tiap kali mendengar satu dari teman akhirnya memutuskan berumah tangga.

dan di usia seperti ini,
ditengah himpitan pertanyaan "kapan?"
dan ditengah tengah trend menikah muda belakangan ini,
saya hanya bisa menyimpulkan bahwa, menikah itu bukan soal lucu-lucuan pakai kebaya terbaik selama 2 hari.
bukan soal siapa yang menjadi braidsmate dan foto foto prewed yang sekarang jadi happening.
menikah itu persoalannya setelah berakhirnya acara ceremonial yang dihebohkan selama 2 hari.
menikah itu soal kesiapan satu sama lain untuk tetap saling menyayangi ketika pasangan tidak seperti yang diharapkan.
menikah itu soal tetap mengasihi setelah tahu ternyata pasangannya tidak punya alis
menikah itu soal tetap menyayangi setelah tahu ternyata pasangannya punya hobi buang angin sembarangan.
menikah itu soal tetap menerima meski setelah menjalani malam malam yang panjang ditemani dengkuran keras dari pasangan.
dan buat orang orang yang kerap menanyakan saya "kapan?"

sudah siap kasih amplop berapa banyak nanti di pesta pernikahanku :) ?? #thinkagain



FINDing NEMO


-Karena ada kamu yang aku temukan pada setiap inci khayalku, .-ASXS

Aku menemukanmu disebuah sudut kota. yang jelas berjarak ribuan mill dari tempatku berpijak, 
tapi entah mengapa aku hanya merasa yakin bahwa, aku menemukanmu.
Aku menemukanmu pula disetiap sudut jalanan yang kulewati.
Berdiam disana seperti menunggu untuk dihampiri.
Entah mengapa aku hanya merasa yakin bahwa, kau memang ada disana.

Aku menemukanmu di tengah tengah awan putih yang kerap kupandang. menjelma menjadi sepertimu yang tersenyum manis padaku.
Coba tebak, aku kembali merasa yakin bahwa, kau tersenyum padaku.

Aku menemukanmu, ditengah tengah dering telepon malam hari.
Suara yang renyah menyapa, tawa yang menjengkelkan menggoda.
Kau tahu, aku menemukanmu di telepon genggamku. 

Kau yang terkadang menjelma menjadi awan,
Yang kerap pula kutemui dipinggir jalan,
Bahkan kau mampir dalam setiap senandung yang aku dengarkan.
Aku menemukanmu....
bahkan dalam jarak,
bahkan dalam sinyal yang kacau,
bahkan dalam mimpi
aku menemukanmu...

Ini bukan kata gombal yang mungkin kerap kau dengar dari acara televisimu.
Ini bukan pula karena aku terlalu sering memikirkanmu.
bukan, jelas saja bukan...
Ini bukan karena aku ingin merayumu. Itu tentu saja bukan keahlianku.
Ini hanya karena ada disudut hati ini yang berkata, "aku menemukanmu".
Itu saja......

"i'll find you, even if you get lost in the great big ocean, or you lost in the amazon, we'll meet again, soon"- Finding Nemo