Sabtu, 26 Mei 2018

Surabaya

Riang yang hadir dalam tiap tawa dan celotehmu.
Langkah kecil, pandangan jenaka serta sentuhan manja di ujung jemariku sesaat sebelum kita pergi berdoa pada Tuhan. Bagaimana bisa aku lupa?

Kegaduhan pagi yang terasa riuh.
ingar bingar sesaat, bising dan gelap.
Jantungku berdetak kencang,
Pikiranku kalut. 
Hatiku, kau dimana?
Diantara teriakan, mataku menjelajah.
Disitu kau ternyata, 
lelap terbaring dalam damai.
Diantara luka dan bekas darah,
mataku terpaku.
Disitu kau ternyata, tergeletak terbujur kaku. Diantara tangis yang menggelegar. 
Disitu kau ternyata.
Diantara pilu dan tak percaya.
Hatiku, kau pergi kemana?
Ucapmu salam sampai bertemu kembali.
Ketempat Bapa yang terkasih, 
yang memberi dan mengambilmu kembali.

Genggamku erat meski berat.
Melupakanmu, tak akan pernah.
Meski tangis tak pernah berhenti,
Hati ku hanya ingin merasa damai kembali.

Syukur kulantunkan, doa kupanjatkan
Kubiarkan maaf menjadi pengobat luka.
Kepada mereka penyebab segala.
Tak apa, katamu.
Kau kini bernyanyi riang tanpa takut.
Tak apa, katamu,
Kelak kita kan bertemu lagi, Anakku.

****
Karya ini buah pikiran seorang teman dan saya sendiri yang begitu tersentuh dengan kejadian yang terjadi baru baru ini.
Karya ini hasil karya saya dan seorang teman yang menghabiskan beberapa jam hanya membahas topik yang memang sedang hangat dibicarakan.
Selamat menikmati.

Rabu, 16 Mei 2018

IMAJINER



Nyatakah kau atau sekedar bayangan saja
Jejakmu ada meski ragamu tak tampak
Aku yang hanya berimajinasi semalam
ataukah memang ada kau yang menjaga

Ada aroma yang tertinggal, di bantal yang kau gunakan,
Ada jejak yang membekas, di tangan yang kau genggam.
Aroma itu melekat, Erat.
Menjadi teman melewati malam.
Pengingat kita pernah melewati senja bersama.

Apalagi yang dapat kulakukan saat ini,
selain memikirkanmu hingga jatuh tertidur.
Pengar di kepalaku tak kunjung membaik,
tapi dengan bayangmu saja mabukku hilang.
Kau ini apa ?
Sejenis obat penenang ?

Aromamu justru menjadi candu.
Lebih dahsyat dari alkohol yang ku tenggak semalam subuh.
Suaramu justru terdengar merdu,
Lebih indah dari dentaman nada yang ku dengar semalam suntuk.
Kau ini apa ?
Sejenis Rindu yang tak bertuan,
ataukah,
hanya sebatas Imajinasi Liar yang aku pelihara sebagai teman pelipur lara.