"aku akan pindah dari sini" katamu tertunduk. tawa yang sedari tadi keluar dari bibir ini terhenti kala mendengar ucapan itu dari bibirmu. entah ekspresi apa yang sanggup aku keluarkan. yang pasti bibir ini kelu untuk menyambutnya dengan senyuman. ada sebuah perasaan aneh yang menyeruak didalam dada.
"pindah kemana ?" tanyaku sambil menatap kearah yang berlawanan. aku tak mampu menunjukkan ekspresi ku yang sebenarnya.
"yang pasti pindah ketempat yang cukup jauh dari sini. aku harus mengikuti mreka yang telah kusebut sebagai orang tuaku" jawabmu. kali ini kau menjawab dengan tatapan yng begitu berbeda. tak ada lagi kau yang ku kenal dulu. sedetik setelah itu entah mengapa aku berharap kau kemudian tertawa karena telah berhasil menipuku. aku berharap kau berkata bahwa ini hanya leluconmu saja. aku berharap.. sedetik kemudian aku mulai tersadar, ini bukan karanganmu. ini bukan trik mu untuk mentertawakanku seperti yang setiap hari kau lakukan.
"haruskah kau pergi ? bukankah kita baru saja bertemu ? tidak bisakah kau menetap disini, seperti kebanyakan orang-orang lain melakukannya?" tanyaku. kali ini sepertinya kau telah menangkap kegusaran yang kurasakan.
" kenapa ? kau takut kehilangan aku ?" tanyamu balik seraya tersenyum. "aku pun ingin disini, sudah merasa nyaman dengan kalian termasuk kau. aku pun ingin. namun terkadang, ada hal-hal yang tak bisa kita langgar dan kita hindari. ada hal yang memang tak bisa kita tolak meskipun kita benar-benar tidak menginginkannya" .
kita terdiam. sibuk pada fikiran kita masing-masing. entah apa yang ada difikiranmu saat itu sedangkan aku sibuk memikirkan kelak apa yang akan terjadi padaku setelah ini.
"kapan ?" tanyaku memecahkan keheningan. kali ini aku memberanikan diri tuk melihat kearahmu. aku hanya ingin berani untuk terakhir kalinya. aku ingin melihatmu sesering mungkin. karena esok,jikalau aku ingin, kau pasti tak ada di sana. di bangku tepat dibelakang mejaku.
"selepas semester ini, aku akan pindah. mungkin ketiadaan diriku di semester baru tak akan begitu terasa. karena aku memang pindah ketika liburan tiba" katamu sambil membalas tatapanku.
kita berdiam lalu kembali pada fikiran masing-masing. itu percakapan terakhir kita sebelum kau pergi.
itu terakhir kalinya kau menanyakan jawaban kala ujian. dan itu terakhir kalinya pula aku memberikan jawaban ujianku padamu. kau pergi dan benar-benar pergi. awal semester baru kembali mengingatkanku bahwa kau benar-benar sudah pergi. bangku itu kosong. tak ada lagi si jangkung yang slalu duduk di sana. tak ada lagi nama mu yang dipanggil setelah namaku diabsen. tak ada lagi kau yang duduk di samping meja komputer sewaktu di lab komputer. tak ada lagi kau di hari-hari ku .
"hei, tadi dia datang. dia mencarimu dan menunggu lama dibawah sana "
"dimana dia ?" tanyaku pada seorang lagi temanku sambil mengatur nafas karena kecapaian berlari. kata seorang teman padaku di suatu waktu. entah apa yang mendorongku untuk berlari mencarinya. aku berlari sekencang angin hanya untuk tidak terlambat melihatmu.
"kau terlambat. dia sudah pergi." jawabnya sambil berlalu.
***
"kau masih memikirkan dia ?" tanya vita padaku. seorang teman yang selalu menjadi tempat ku untuk mengadu. entah angin apa yang membawanya untuk membicarakan tentang kau setelah sekian lama waktu telah berlalu tanpa mu.
"kenapa ?" tanyaku heran. aku hanya tidak ingin terlihat begitu mengingatmu.
"dia semalam menghubungiku, dia ingin aku menyampaikan sesuatu padamu. dia ingin minta maaf karena belum sempat mengatakan perasaannya sebelum pergi. bahwa dia menyukaimu."
*****
bukan bagaimana kau pergi lalu berlalu kemudian menghilang. tapi bagaimana sebuah jejak yang tertinggal dibelakang yang bahkan anginpun tak mampu menghapusnya. ketika sebuah kepergian yang menimbulkan tanda tanya, ketika sebuah perpisahan yang menimbulkan penasaran. hanya akan menjadi sebuah kenangan yang sampai kau kembali pun akan tetap menjadi sebuah tanda tanya bagi orang yang kau tinggalkan.
aku merasa lebih baik jika orang disampingku pergi tanpa permisi, tanpa pamit dan tanpa pembritahuan. karena itu akan jauh memudahkanku untuk tidak mengingatnya.
ini juga berlaku atasmu, bagaimana nantinya suatu saat kau datang kehadapanku, dan bagaimana pula nantinya kau berniat pergi dariku. jika kelak kau memang berencana untuk meninggalkanku sebaiknya tinggalkan aku sebelum aku terlalu jauh untuk menyukaimu. tinggalkan aku tanpa ada kata yang mengisyaratkan kau mungkin kembali. karena hal itu hanya akan membuatku mengharapkanmu lebih. tinggalkan aku sepahit mungkin, agar aku kelak tidak mengharapkanmu kembali. jangan tinggalkan aku dengan cara yang manis, dengan sederet jejak yang tertinggal, karena itu hanya akan membuatku ingin mengikuti jejak-jejakmu.
itu pun jika kau memang berencana meninggalkanku.~
sekarang, kau belum tiba dihadapanku. kau mungkin sedang berada jauh atau sedang berada didekatku. kau mungkin bahkan belum sadar akan keberadaanku. tapi aku hanya ingin mengingatkan. kelak, ketika waktunya tiba kau untuk datang kehadapanku. kuharap sebelum kau berencana untuk datang, kau sudah memikirkan apakah kau akan meninggalkanku kelak atau tidak.
dan kelak jika kau memang pasti akan meninggalkanku dengan alasan apapun itu, ku harap kau tidak meninggalkan ku dengan cara yang terlalu manis. namun jika pun hal itu harus kau lakukan dengan manis, aku harap jangan ada janji lagi dikemudian hari untuk mu kan kembali. karena kau pasti tak akan tau seberapa menyakitkannya bagiku terus menunggu mu kembali hanya karena berharap kau kelak akan memberikan ku kenangan manis kembali.