Selasa, 24 April 2018

Chapter I : How it all started




Pagi ini aku sepertinya sedikit terlambat. matahari telah meninggi, dan yang bisa aku lakukan hanyalah berjalan secepat mungkin untuk dapat tiba di pemberhentian bus dengan cepat. Jakarta ramai hari ini. Hiruk pikuk kota sudah terasa sedari pagi. Shelter bus tempat ku menunggu penuh sesak dengan  para pekerja, ada pula beberapa pelajar hingga ibu-ibu yang menggendong anaknya yang masih terlelap. waktu masih menunjukkan pukul 06.45 wib tapi sepertinya hari ini semua orang sedang terburu buru. 

Bus Transjakarta jurusan yang ku mau telah tiba, untungnya peminatnya tidak terlalu banyak. sehingga aku sepertinya masih mendapat tempat duduk. Perkenalkan, Nama ku Arya. Bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang komunikasi di daerah Jakarta Barat. dan buat kalian yang tinggal di Kota ini, pasti sudah hafal betul dengan kegiatan rutin yang aku alami ini setiap paginya.
Aku menghapus peluhku yang membasahi kening ini seraya duduk di bangku paling belakang bus transjakarta berwarna biru ini. Tempat duduk favorit bagi setiap penumpang, menurutku, setidaknya disini aku tidak harus merasa bersalah apabila tidak memberikan tempat duduk pada yang lain.

Hari ini jakarta terlihat lebih ramai dari biasanya. jalanan padat dan beberapa pengguna jalan memasuki jalur khusus transjakarta. Dentangan lagu lagu yang sedari tadi terngiang ditelinga menemani perjalananku ke kantor. beginilah rutinitasku setiap harinya, membosankan. 
bus ini berhenti setelah melewati beberapa shelter sebelumnya. lamunanku buyar saat perhatianku tersedot pada gadis yang baru saja melompat masuk kedalam bus. "untung saja tidak jatuh" pikirku. sepertinya dia tengah kelelahan sambil mencoba menetralkan nafasnya yang sedari tadi berderu. sepanjang perjalananku entah mengapa aku habiskan hanya memperhatikannya. wanita tanpa nama itu berhasil mencuri perhatianku.

Wanita ini memakai kemeja longgar berwarna soft pink dengan celana skinny yang pas di badannya. tubuhnya pas sesuai dengan tinggi badan yang ia punya. wajahnya dihiasi kacamata bulat lucu. serta ia memiliki sepasang pipi yang menggemaskan untuk di cubit.  Gadis ini sepertinya terlalu sibuk dengan buku bacaan yang berada di genggamannya. Dia bahkan acap kali tersenyum tanpa memperdulikan orang disekitarnya yang menatap aneh. 
Dia duduk di jarak yang cukup bagiku untuk bisa menikmati senyumnya. wahh.. aku sudah seperti seorang penguntit baginya. Dia memang cukup menarik, hanya saja, dia merupakan orang asing yang kebetulan melintas. Iya.. Tanpa arti.

***

Pagi ini buruk. benar benar buruk. entah sudah berapa umpatan yang aku lontarkan sejak keluar dari rumah. mulai dari aku yang kesiangan bangun. kopi yang ketumpahan di kemeja putihku sementara aku sudah sangat terlambat hingga telepon horor dari bos yang menyatakan bahwa akan diadakan rapat dadakan pagi ini. aku sudah terengah kala tiba di shelter bus tempat aku biasa menunggu transjakarta. Sudah berapa kali bus melintas namun aku tetap saja tidak bisa masuk. Bus dipenuhi sesak oleh manusia, sementara aku sudah dikejar waktu, sempat berfikir untuk menggunakan armada online yang belakangan ini sedang marak dikalangan pekerja. Selain biaya murah, kita bisa tiba di tujuan tanpa harus berlama lama kejebak macet. Bus melintas kembali namun jika bus ini masih saja tidak bisa kunaiki, mau tidak mau aku harus beralih transportasi. Aku tidak mau menanggung resiko dimarahi sama bos yang terkenal berbahaya sedivisi kantor. Kali ini sepertinya pagiku benar-benar buruk. Bus yang melintas ini pun cukup padat, namun sepertinya aku masih bisa masuk meski dapat dipastikan, tentu saja, aku akan berdiri disepanjang perjalanan. 
Kondisi yang cukup padat membuat aku tak mampu bergeser menuju belakang bus. Alhasil aku harus bergelantungan tepat didepan pintu bus transjakarta ini. Pegal dikaki serta bus yang penuh sesak cukup membuatku kelimpungan hingga bus ini berhenti dan pintu bus terbuka, aku melihat Gadis tanpa nama itu berdiri di depanku. Dia cukup bingung memutuskan untuk tetap masuk atau menunggu bus berikutnya. namun dari banyaknya rangkaian kesialanku pagi ini, entah mengapa menemuinya menimbulkan rasa hangat di dada. Tanpa ku duga, dia melangkah masuk. Dia berdiri tepat didepanku yang dapat dipastikan  membuatku sejenak menahan nafas dalam-dalam. Sepertinya otakku tidak berjalan fungsinya pagi ini. Apakah aku lupa caranya bernafas ?
Pagi ini, aku menemukan debaran ganjil yang bersuara dalam tubuhku. Otakku yang tidak berjalan normal, dan rasa hangat yang seketika menyebar keseluruh tubuh tiap jemari wanita itu tanpa sengaja menyentuh tanganku.
Aku mungkin sudah gila.