Rabu, 14 Desember 2016

LAMUNAN



Dalam lamunan aku bermimpi, kau duduk dalam sepi.
seperti sedang menunggu di eksekusi.

Aku tahu,
Ada gundah di hatimu
ada lirih di benakmu
ada perih dilaramu
namun bodoh aku,
ternyata itu hanya semu.

Nyatanya,
kau malah dengan dada membusung, tak segan untuk melambung.
dengan langkah yang mantap, pergi menjauh tetap.

Tahukah kamu ?
seperti kecewa Cinta pada Rangga,
"Kamu Jahat"-Pun tak sempat aku pekik.
kau malah pergi bukan untuk kembali di purnama berikutnya.

"Hahaha.." Tawa ku lirih
lamunanku ingin kau menetap, meski sadar bahwa kau telah melangkah tetap.
lamunanku ingin kau disini, meski sadar bahwa kau tlah berganti.
lamunanku ingin kembali, Kepurnama sebelum kau berpaling.


Selasa, 06 Desember 2016

Lost in Time



Kehilangan buat ku belajar untuk semakin menghargai apa yang ada.
kehilangan buat ku mengerti sepenting apa orang orang yang ada disekitarku.
betapa berharganya bercerita via telepon walau hanya sebentar
betapa menyenangkannya bisa bertemu bertatap muka walau hanya sepintas.
kehilangan buat ku sadar, bahwa Waktu tak akan menyerah.
tak akan mau mengalah bahkan walau hanya seperkian detik.

Saat keluarga tak lagi lengkap.
tanpa ada yang bisa dipanggil "Mama"
tahu bagaimana sepinya keluarga itu ?

tak ada teriakan bangun pagi
tak ada yang marah sepanjang waktu
tak ada keluhan  yang terdengar
sunyi... sepi...
hingga tanpa sadar rindu di marahin pun jadi yang terutama.

dari Kehilangan itu aku belajar, bahwa setiap momen yang terjadi tak akan mampu terulang.

sore ini, masih diruangan kantor, aku merindukan bapak.
belakangan telpon dariku, tak kunjung diangkat.
lucu rasanya, betapa dulu aku kerap mengabaikan telpon darinya, justru sekarang malah gelisah tak mendapat kabar darinya.

ketika telpon tersambung, hanya omelan kecil dari ku tentang mengapa sulitnya dia dihubungi. dan seperti biasa dia hanya merespon dengan tawa lepasnya. "maklum orang sibuk" katanya..
mengobrol dengannya adalah pelarian ku dari penatnya dunia. 
walau hanya sekedar tanya "sudah makan ?" seperti sebuah vitamin untukku mendengar suaranya.

bersamanya, aku berubah menjadi anak manja.
semua tahu betapa besarnya harga diriku. betapa aku berusaha keras untuk terlihat baik baik saja.
 tapi dihadapannya, aku kembali seperti anak kecil. 
gadis kecil bapak yang selalu merengek akan sesuatu.
selalu menangis ketika tidak bisa melakukan sesuatu hal dengan benar.
di hadapan bapak, aku seperti bukan berusia 25 tahun.

tahu, apa yang paling aku takutkan setiap bangun tidur dan sebelum menutup mataku ?
aku takut kehilangan lagi.
aku takut, tak ada lagi nama "Bapak" yang bisa ku telepon setiap harinya.
dan doaku slalu sama di tiap saat teduhku.
"Aku masih butuh bapak, Berkati kesehatannya"

lihat betapa kehilangan membuatku menjadi sedemikian takutnya.
Aku senang bisa mendengar bapak memarahiku
aku senang mendegar suara tawa bapak
aku senang mengambil foto bersama bapak
aku senang mendengar ledekannya.
aku senang mendengar curhatannya 
(Ya,bapakku hobi curhat-seperti anak ababil yang galau karena pacar :D)
aku senang melakukannya,
aku hanya tidak ingin menyesal seperti waktu kehilangan mamak dulu
saat aku ternyata tidak punya foto bersama dengan nya
saat aku sering mengabaikan amarahnya hingga akhirnya rindu untuk dimarahi olehnya
aku hanya tak ingin menyesal bahwa kehilangan membuatku semakin tak berdaya karena aku ditinggalkan tanpa memory apapun.

jangan pernah menunggu merasakan kehilangan untuk bisa tahu arti sayang yang sebenarnya.
jangan tunggu ketiadaan untuk tahu betapa perih sebuah duka.
bahwa setiap orang, setiap hal, sekecil apapun itu, kelak akan menjadi sesuatu yang paling dirindukan keberadaannya.
karena setelah kita melangkah, kita tak akan pernah  menemukan orang berdiri ditempat yang sama. dia bisa saja ikut maju bersama kita, atau mundur ketempat lain atau malah justru menghilang dari dunia. Nobody Knows

Jakarta 6 Desember 2016