Jumat, 16 November 2018

My Day




Baru saja melewati usia yang ke 27 lalu kemudian tersadar bahwa saya sudah "sedewasa" itu. Tapi yang terjadi malah tidak seperti yang saya bayangkan dahulu 5 tahun lalu. Dahulu ketika berusia 22 tahun, saya dengan penuh optimistik membayangkan bagaimana  diri ini seperti apa diusia 27 tahun. Dan yang terjadi ketika saya tiba diusia ini, saya justru merasa tidak terlalu banyak hal yang berubah selain badan yang kian membesar karena timbunan lemak :D 

Tepat ketika waktu menunjukkan pukul 00.00 di tanggal 7 september lalu, yang saya lakukan hanyalah mencoba mengingat kembali hal hal apa yang dari dulu ingin diwujudkan di usia  ini, dan yang membuat saya tercengang, saya seperti tidak sedang bergerak kemana mana, itu pikiran saya. Nyatanya, banyak hal hal yang tak terduga telah terjadi. dari sekian banyak list impian yang ingin saya wujudkan, saya malah melakukan hal hal yang tak pernah saya berani impikan. 

Hidup yang sedang kita jalani selalu penuh rencana. Maunya begini, Maunya begitu. Nanti akan begini, kemudian akan menjadi begitu. Semuanya penuh rencana seolah-olah kita bisa memastikan bahwa apa yang kita rencanakan pasti akan berjalan dengan baik. Kita kerap lupa bahwa ada kuasa lain yang mempunyai peran utama dalam setiap rencana kita. 
Kita bisa saja menjadi pemeran utama dalam kehidupan kita masing-masing, tapi kita bukanlah sutradaranya. Kita juga bukan penulis skenario kehidupan kita sendiri. kita hanya menjalani apa yang sang sutradara inginkan. 

Tahun ini, saya menjalani banyak hal yang tak terduga, ternyata.
Lantas mengapa saya harus merasa murung karena "bucket list" saya yang belum tercapai?
Tahun ini, saya pergi ketempat-tempat yang tak pernah saya bayangkan, lantas mengapa saya harus terus menerus merasa muram hanya karena saya belum pernah sampai ditempat yang saya inginkan ?

Semua sudah mempunyai waktunya masing-masing. Waktu di Jayapura lebih cepat 2 jam dari pada waktu di Jakarta, namun bukan berarti Jakarta ketinggalan bukan? 
Mungkin hidup juga seperti itu. Di usia yang kian bertambah, jelas pemikiran-pemikiran tentang hidup seperti apa yang sebenarnya sedang kita jalani merupakan pertanyaan yang akan paling sering kita tanyakan pada diri sendiri. Tiap hari pasti akan banyak keraguan akan setiap keputusan yang kita buat.
Masa lalu adalah sejarah, dan masa depan adalah misteri. Lantas menerka-nerka tentang apa yang sebenarnya tak akan pernah kita tahu tak akan membuat misteri tersebut terpecahkan bukan? 

27 tahun saya kali ini banyak membuat saya berfikir tentang apa yang sudah saya capai, tentang apa yang mungkin pernah saya lepaskan, tentang apa yang sedang saya perjuangkan dan tentang apa yang mungkin membuat saya menyerah.
Bahwa setiap keputusan yang besar akan diiringi dengan tanggung jawab yang besar pula. 
Dan tanggung jawab yang besar juga membutuhkan hati yang besar pula untuk menerima bahwa terkadang sesuatu tidak terjadi seperti apa yang sudah direncanakan. 
Bahwa keputusan yang diambil bisa saja salah dikemudian hari. 
Bahwa keputusan yang diambil bisa saja membuatku terluka dimasa depan.
But show must go on, Right? 

Luka mu hari ini buatmu belajar untuk tidak jatuh di masa depan. Namun jikapun masih jatuh setidaknya kita sudah belajar bagaimana caranya untuk bangkit. 

Saya selalu lupa untuk melihat hal-hal yang saya sudah saya peroleh selama ini. 
Saya hanya fokus pada apa yang saya inginkan tanpa sebenarnya tahu apa yang saya butuhkan. 
Tahun ini benar-benar seperti roller coster buat saya. Yang tak saya inginkan justru terjadi, yang saya impikan justru belum terwujud. Lantas jika saya hanya fokus pada hal-hal yang belum saya dapatkan, bukankah saya hanya akan tumbuh menjadi makhluk yang tidak bersyukur ? 

Saya masih belajar , dan akan terus belajar !
Sebagai pendatang baru di usia 27, saya masih mencoba beradaptasi.
Jika esok kalian temukan saya kembali mengeluhkan hal-hal yang sepatutnya saya syukuri, ingatkan saya. 
Jika esok kalian temukan saya merasa gagal dan tidak berarti, ingatkan saya. . 
Karena setiap harinya adalah petualangan baru bagi saya, dan saya masih terus belajar.
Mungkin besok saya terluka,
Mungkin juga saya akan menangis,
Mungkin saya bahagia,
Mungkin juga saya tertawa. 
Untuk itu, Ingatkan saya.


*****************************************************

Ps: Tulisan ini sudah ada di draft sejak tanggal 24 september 2018. Entah apa yang membuat saya lupa mem-post tulisan ini. Maklum, saya orangnya gampang terdistraksi oleh hal hal yang mungkin lebih seru dari tulisan ini. Hahaha..
Selamat membaca. dan Selamat Ulang Tahun Nas !!
selamat menjelang Natal dan tahun baru juga  😁 




Rabu, 03 Oktober 2018

Obrolan Tengah Malam



Bagaimana ternyata usia sangat mempengaruhi pola pikir seseorang. Sebenarnya hal ini bukan sesuatu yang baru untuk dibahas. Jelas dong, semakin bertambahnya usia seseorang, tentunya dia akan menjadi semakin matang dalam berfikir. Tapi yang menjadi persoalan, sepertinya peraturan itu tidak berlaku untuk semua orang. Buktinya pernyataan "Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan", tetap masih terdengar riuh acap kali seseorang mengalami pergantian usia. Seolah-olah menjadi tua tidak lantas membuatmu menjadi dewasa. Ya mungkin juga karena pada kenyataannya justru kakek nenek kita semakin hari semakin bersikap kekanakan bukan? 

Baik.. Mari kita buat ini lebih sederhana.

Beberapa saat yang lalu saya dan teman menonton sebuah film yang belakangan ini cukup menjadi buah bibir. Film yang diangkat dari sebuah novel tentu saja membuat film tersebut menjadi lebih bernilai untuk ditunggu. Mengapa ? Karena jelas, orang-orang ingin lebih memahami sebuah cerita lewat apa yang mereka lihat dan saksikan sendiri setelah imajinasi membawa mereka ke berbagai macam ekspektasi. 
Singkatnya, film dimulai, kami menonton, film selesai, kami berdiskusi. Kami berdua sepakat, ekspektasi kami terhadap film ini sepertinya terlalu tinggi. Atau mungkin orang-orang yang menonton film ini memberikan reaksi yang berlebihan. Atau juga mungkin kami hanyalah 2 orang manusia yang justru terlalu berlebihan menanggapi film ini dengan terlalu serius. 
Well.. Apapun itu, ini bukan tentang sebagus apa atau setidak bagus apa film tersebut. Tetapi lebih mengenai mengapa orang-orang menganggap film tersebut bagus sementara menurut kami memiliki pandangan yang berbeda, biasa saja- bukan jelek loh ya... 
Kami mulai mempertanyakan kebekuan hati kami terhadap film film yang bernuansa romantis. Kami seperti merasa gagal karena tidak merasa terharu biru seperti yang orang-orang sampaikan dari sosial medianya. 
Kami mulai menerka-nerka bagian mana yang membuat film ini menjadi tidak menarik versi kami dan mengapa menjadi sangat menarik menurut versi mereka. Hingga akhirnya, diskusi ini berakhir pada kenyataan bahwa bisa saja orang-orang yang  menganggap film ini sangat sangat keren  adalah orang-orang yang berada pada rentang usia yang masih cukup muda dan masih menyenangi hal hal yang terlalu di dramatisir-mungkin.
Sementara, menurut kami, apa yang ada di film tersebut justru seperti tidak masuk akal. Terlalu "cinderella story" yang tidak sesuai dengan realita yang ada. 
Kami mulai membandingkan karakter demi karakter yang ada di cerita dengan dunia nyata. Pada akhir diskusi aku sendiri mulai menyadari bahwa pada dasarnya justru kamilah yang terlalu serius menanggapi hal-hal yang disajikan dalam film tersebut. 
Kami lupa bahwa film is just a film. Tujuannya untuk menghibur, bukan untuk mewujudkan ekspektasi sejuta umat. Mungkin, jika aku menonton film ini 10 tahun yang lalu, aku akan masuk kedalam kelompok orang yang akan sangat menyanjung film ini. Ada banyak mimpi di film ini, hal-hal indah yang terjadi tampak terlalu tidak nyata. Cerita romantis picisan yang jelas hanya terjadi di buku bacaan dan hal hal tidak nyata itu selalu jadi objek yang paling dinikmati oleh para remaja yang baru beranjak dewasa. Pasti ingin seperti "si gadis", bisa ketemu dengan "si pria", mendapatkan cinta sejati lalu kemudian bahagia selama-lamanya.  Happily ever after ! The End, Fin, Tamat. 

Sayangnya, kami menonton di usia yang hampir menyentuh kepala tiga. Usia dua puluh tahun menjelang akhir- Belum akhir-akhir banget loh ya, masih menjelang. kami tidak setua itu :D- dimana segala drama di novel hanya akan tetap ada di novel, dimana realistis lebih diutamakan daripada imajinasi. Hal hal ini yang mungkin justru membuat ekspektasi kami terhadap "Bahagia" menjadi berubah. 
Kami terlalu serius dalam menilai sebuah film hingga membawanya kedalam sebuah percakapan yang serius tentang masa depan dan hal-hal lain yang ingin diwujudkan. Kami mungkin lupa "menikmati" karena terlalu serius "mengamati".
Eh tunggu dulu,  mungkin aku tidak bisa menggunakan kata "kami" karena bisa saja temanku ini tidak sependapat dengan ku. 

Aku yang kerap lupa "Menikmati"  karena terlalu serius untuk "Mengamati".
Aku, kerap lupa untuk menikmati apa yang sudah sutradara tersebut sajikan karena terlalu sibuk dengan mengamati bagian dari setiap film yang terlihat tidak masuk akal. Aku juga lupa bahwa cartoon favoritku selama ini juga bukan sesuatu yang masuk akal, lantas mengapa aku masih bisa menikmatinya tanpa berfikir terlalu serius?
Mungkin ini kenapa akhirnya peterpan benci untuk  menjadi dewasa. Karena ketika menjadi dewasa, kita melihat sesuatu yang berwarna menjadi hitam putih. Kita tidak melihat lagi bahwa hitam ataupun putih juga merupakan kumpulan dari berbagai macam warna. Kita lupa untuk menikmati karena cenderung mengamati hingga mengkritisi sesuatu hanya karena tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.  Kita terlalu banyak berfikir seharusnya itu begitu, seharusnya itu begini, tanpa mau melihat berbagai macam kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.


Entah muda dengan kekanakannya
Entah tua dengan kedewasaannya
Atau 
Muda dengan kedewasaannya 
Tua dengan kekanakannya
Memangnya kenapa ? 

Jika kalian menanyakanku, aku sepertinya ingin menikmati masa dimana aku berada saat ini. 
Bagiku, menjadi dewasa atau bersikap kekanakan bukan soal bagaimana memandang kebahagiaan saja  atau tentang bagaimana sesuatu berjalan sesuai dengan aturan semesta yang berlaku, juga bukan tentang bagaimana melihat sesuatu hal dengan lebih bijak dan mengeluarkan kalimat kalimat yang terkesan "Dewasa" atau juga bukan seberapa banyak jumlah umur yang telah kita masuki.

Karena tetap saja akan ada beberapa hal yang harus ditertawakan. Menertawakannya tak lantas menjadikanmu kekanakan, bukan ?
Dan tetap saja harus ada beberapa hal yang harus ditanggapi secara serius. Bersikap serius tak lantas membuatmu tak dapat menikmati hidup, bukan ?
 
Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit.- Pramoedya Ananta Toer "Child of All Nation"

Dewasa itu tahu kapan harus bersikap bijak menyikapi hidup tanpa harus kehilangan cara untuk menikmati dan mentertawakan masalah. 
Growing Up and Staying Young Nas ... 😉😉

Kamis, 26 Juli 2018

Diizinkan

Bagaimana rasa ini ku izinkan berkembang. 
Kemudian  menjadi benalu dan membuat hati mengering. 
Aku mengizinkannya. 
Berharap dia datang untuk menyelamatkanku dari rindu yang mengikat. 
Hingga aku lupa rindu itu bernyawa.

Pagi tadi, Aku terbangun dengan banyak senyum di wajah.
Menjelang siang, Aku tertegun dengan banyak rasa yang patah.
Apa sebegini menariknya jatuh hati? 
Membuatmu jatuh lebih jauh dari sesaat kau terbang. 


Sebelum malam ini Aku tutup, 
Dia mampir meninggalkan banyak debaran di dada. 
Hingga Aku lupa telah membencinya sepanjang siang. 
Aku menikmatinya.


Keep Moving Forward



Terkadang ada perasaan aneh ketika mendengar beberapa kabar  teman yang sudah lama tidak ditemui berada diposisi yang cukup dikatakan sukses.
Ketika mendengar beberapa teman menghubungi untuk mengabarkan kabar pernikahannya dalam waktu dekat.
Ketika orang-orang yang ada disekitar kita seperti dengan mudahnya berada dalam posisi yang justru masih sedang kita usahakan. 
Kadang kita berfikir, mengapa mereka bisa dengan mudahnya menjalani hidup sementara kita masih harus berusaha keras untuk melewatinya. 
Kita seperti merasa sudah mengusahakan segalanya, namun seperti tidak ada kemajuan, 

Kita sebenarnya tahu bahwa mereka -orang-orang yang kita cemburui- juga sudah melewati banyak hal sulit jauh dari apa yang kita hadapi sekarang. 
Kita paham benar bahwa orang-orang disekitar kita juga pernah berada di fase yang menyulitkan dan akhirnya mereka berhasil melewatinya.
Kita paham bahwa tidak ada hasil yang tidak melewati proses. 
hanya saja hati kita kerap susah menerimanya. 
Kita hanya ingin semuanya segera berakhir. Kita hanya ingin hal instan terjadi dalam hidup kita hanya untuk mengejar ketertinggalan kita dari orang-orang disekitar kita.

Kita semua seperti seorang pelari, dengan jalur yang berbeda, dengan rintangan yang berbeda. Kadang kita merasa lintasan milik orang terlihat lebih mudah dibandingkan dengan lintasan yang kita hadapi. 
Kita merasa jalur yang kita lewati terlalu jauh dibandingkan milik orang lain. 
Ketika beberapa teman sudah mencapai garis finisnya, sementara kita seperti tidak sedang bergerak kemana-mana. 
Pada saat itu, hati kita kerap ciut. Kita merasa tak akan memenangkan pertandingan kita sendiri. Bukannya terus melaju, terkadang kita malah berhenti. Berhenti hanya untuk menyalahkan diri sendiri,  atau berhenti hanya untuk menyalahkan orang lain atas kegagalan diri sendiri.

Kehidupan membutuhkan proses. Kehidupan membutuhkan pertumbuhan. 
Kita hanya lupa, ketika kita berhenti hal itu sama saja kita berhenti untuk tumbuh. kita berhenti untuk berproses. Kita akan menjadi "Mati" dan kemudian ditinggalkan. 

"Semua orang punya waktunya masing-masing. semua orang akan mencapai garis finish-nya masing masing. yang perlu kita lakukan hanya teruslah bergerak maju. Sekecil apapun pergerakan itu, tak apa. Yang penting jangan pernah berhenti, jangan pernah menyerah."

Ketika hatimu mulai ciut, 
ketika hatimu mulai gentar, 
ketika iri hati melanda,
Yakinlah, itu semua juga bagian dari proses bertumbuh.
Berjalan dan teruslah bergerak maju. 
Ketika kau mencapai Finish-mu dan menoleh kebelakang, kau akan sadar sudah sejauh apa kau berjalan. Bahwa "tumbuh" telah menjadikanmu pribadi yang jauh berbeda dari sebelumnya. 
Bahwa "tumbuh" bukan soal kecepatan, tapi soal konsistensi. 



Sabtu, 26 Mei 2018

Surabaya

Riang yang hadir dalam tiap tawa dan celotehmu.
Langkah kecil, pandangan jenaka serta sentuhan manja di ujung jemariku sesaat sebelum kita pergi berdoa pada Tuhan. Bagaimana bisa aku lupa?

Kegaduhan pagi yang terasa riuh.
ingar bingar sesaat, bising dan gelap.
Jantungku berdetak kencang,
Pikiranku kalut. 
Hatiku, kau dimana?
Diantara teriakan, mataku menjelajah.
Disitu kau ternyata, 
lelap terbaring dalam damai.
Diantara luka dan bekas darah,
mataku terpaku.
Disitu kau ternyata, tergeletak terbujur kaku. Diantara tangis yang menggelegar. 
Disitu kau ternyata.
Diantara pilu dan tak percaya.
Hatiku, kau pergi kemana?
Ucapmu salam sampai bertemu kembali.
Ketempat Bapa yang terkasih, 
yang memberi dan mengambilmu kembali.

Genggamku erat meski berat.
Melupakanmu, tak akan pernah.
Meski tangis tak pernah berhenti,
Hati ku hanya ingin merasa damai kembali.

Syukur kulantunkan, doa kupanjatkan
Kubiarkan maaf menjadi pengobat luka.
Kepada mereka penyebab segala.
Tak apa, katamu.
Kau kini bernyanyi riang tanpa takut.
Tak apa, katamu,
Kelak kita kan bertemu lagi, Anakku.

****
Karya ini buah pikiran seorang teman dan saya sendiri yang begitu tersentuh dengan kejadian yang terjadi baru baru ini.
Karya ini hasil karya saya dan seorang teman yang menghabiskan beberapa jam hanya membahas topik yang memang sedang hangat dibicarakan.
Selamat menikmati.

Rabu, 16 Mei 2018

IMAJINER



Nyatakah kau atau sekedar bayangan saja
Jejakmu ada meski ragamu tak tampak
Aku yang hanya berimajinasi semalam
ataukah memang ada kau yang menjaga

Ada aroma yang tertinggal, di bantal yang kau gunakan,
Ada jejak yang membekas, di tangan yang kau genggam.
Aroma itu melekat, Erat.
Menjadi teman melewati malam.
Pengingat kita pernah melewati senja bersama.

Apalagi yang dapat kulakukan saat ini,
selain memikirkanmu hingga jatuh tertidur.
Pengar di kepalaku tak kunjung membaik,
tapi dengan bayangmu saja mabukku hilang.
Kau ini apa ?
Sejenis obat penenang ?

Aromamu justru menjadi candu.
Lebih dahsyat dari alkohol yang ku tenggak semalam subuh.
Suaramu justru terdengar merdu,
Lebih indah dari dentaman nada yang ku dengar semalam suntuk.
Kau ini apa ?
Sejenis Rindu yang tak bertuan,
ataukah,
hanya sebatas Imajinasi Liar yang aku pelihara sebagai teman pelipur lara.

Selasa, 24 April 2018

Chapter I : How it all started




Pagi ini aku sepertinya sedikit terlambat. matahari telah meninggi, dan yang bisa aku lakukan hanyalah berjalan secepat mungkin untuk dapat tiba di pemberhentian bus dengan cepat. Jakarta ramai hari ini. Hiruk pikuk kota sudah terasa sedari pagi. Shelter bus tempat ku menunggu penuh sesak dengan  para pekerja, ada pula beberapa pelajar hingga ibu-ibu yang menggendong anaknya yang masih terlelap. waktu masih menunjukkan pukul 06.45 wib tapi sepertinya hari ini semua orang sedang terburu buru. 

Bus Transjakarta jurusan yang ku mau telah tiba, untungnya peminatnya tidak terlalu banyak. sehingga aku sepertinya masih mendapat tempat duduk. Perkenalkan, Nama ku Arya. Bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang komunikasi di daerah Jakarta Barat. dan buat kalian yang tinggal di Kota ini, pasti sudah hafal betul dengan kegiatan rutin yang aku alami ini setiap paginya.
Aku menghapus peluhku yang membasahi kening ini seraya duduk di bangku paling belakang bus transjakarta berwarna biru ini. Tempat duduk favorit bagi setiap penumpang, menurutku, setidaknya disini aku tidak harus merasa bersalah apabila tidak memberikan tempat duduk pada yang lain.

Hari ini jakarta terlihat lebih ramai dari biasanya. jalanan padat dan beberapa pengguna jalan memasuki jalur khusus transjakarta. Dentangan lagu lagu yang sedari tadi terngiang ditelinga menemani perjalananku ke kantor. beginilah rutinitasku setiap harinya, membosankan. 
bus ini berhenti setelah melewati beberapa shelter sebelumnya. lamunanku buyar saat perhatianku tersedot pada gadis yang baru saja melompat masuk kedalam bus. "untung saja tidak jatuh" pikirku. sepertinya dia tengah kelelahan sambil mencoba menetralkan nafasnya yang sedari tadi berderu. sepanjang perjalananku entah mengapa aku habiskan hanya memperhatikannya. wanita tanpa nama itu berhasil mencuri perhatianku.

Wanita ini memakai kemeja longgar berwarna soft pink dengan celana skinny yang pas di badannya. tubuhnya pas sesuai dengan tinggi badan yang ia punya. wajahnya dihiasi kacamata bulat lucu. serta ia memiliki sepasang pipi yang menggemaskan untuk di cubit.  Gadis ini sepertinya terlalu sibuk dengan buku bacaan yang berada di genggamannya. Dia bahkan acap kali tersenyum tanpa memperdulikan orang disekitarnya yang menatap aneh. 
Dia duduk di jarak yang cukup bagiku untuk bisa menikmati senyumnya. wahh.. aku sudah seperti seorang penguntit baginya. Dia memang cukup menarik, hanya saja, dia merupakan orang asing yang kebetulan melintas. Iya.. Tanpa arti.

***

Pagi ini buruk. benar benar buruk. entah sudah berapa umpatan yang aku lontarkan sejak keluar dari rumah. mulai dari aku yang kesiangan bangun. kopi yang ketumpahan di kemeja putihku sementara aku sudah sangat terlambat hingga telepon horor dari bos yang menyatakan bahwa akan diadakan rapat dadakan pagi ini. aku sudah terengah kala tiba di shelter bus tempat aku biasa menunggu transjakarta. Sudah berapa kali bus melintas namun aku tetap saja tidak bisa masuk. Bus dipenuhi sesak oleh manusia, sementara aku sudah dikejar waktu, sempat berfikir untuk menggunakan armada online yang belakangan ini sedang marak dikalangan pekerja. Selain biaya murah, kita bisa tiba di tujuan tanpa harus berlama lama kejebak macet. Bus melintas kembali namun jika bus ini masih saja tidak bisa kunaiki, mau tidak mau aku harus beralih transportasi. Aku tidak mau menanggung resiko dimarahi sama bos yang terkenal berbahaya sedivisi kantor. Kali ini sepertinya pagiku benar-benar buruk. Bus yang melintas ini pun cukup padat, namun sepertinya aku masih bisa masuk meski dapat dipastikan, tentu saja, aku akan berdiri disepanjang perjalanan. 
Kondisi yang cukup padat membuat aku tak mampu bergeser menuju belakang bus. Alhasil aku harus bergelantungan tepat didepan pintu bus transjakarta ini. Pegal dikaki serta bus yang penuh sesak cukup membuatku kelimpungan hingga bus ini berhenti dan pintu bus terbuka, aku melihat Gadis tanpa nama itu berdiri di depanku. Dia cukup bingung memutuskan untuk tetap masuk atau menunggu bus berikutnya. namun dari banyaknya rangkaian kesialanku pagi ini, entah mengapa menemuinya menimbulkan rasa hangat di dada. Tanpa ku duga, dia melangkah masuk. Dia berdiri tepat didepanku yang dapat dipastikan  membuatku sejenak menahan nafas dalam-dalam. Sepertinya otakku tidak berjalan fungsinya pagi ini. Apakah aku lupa caranya bernafas ?
Pagi ini, aku menemukan debaran ganjil yang bersuara dalam tubuhku. Otakku yang tidak berjalan normal, dan rasa hangat yang seketika menyebar keseluruh tubuh tiap jemari wanita itu tanpa sengaja menyentuh tanganku.
Aku mungkin sudah gila.


Kamis, 29 Maret 2018

R U N A W A Y

Betapapun saya kabur, pelarian tak pernah seabadi kehidupan-BernardBatubara

Kamu pernah berfikir untuk kabur kesebuah tempat baru, berfikir bahwa ditempat baru kamu akan melupakan kesedihamu,
Berfikir ditempat yang baru kamu bisa memulai segalanya dari awal
Berfikir bahwa ditempat yang baru, kamu akan menemukan kebahagiaan lain yang tak kau temukan ditempat lama ?
Aku dulu pernah berfikir begitu.
Dulu saat tempat asalku terlalu banyak meninggalkan luka,
Saat terlalu banyak hal yang mengesalkan yang tak bisa ku lupa,
Aku fikir, pergi menjauh, lari menghindar,
Adalah cara tercepat untuk sembuh.
Adalah cara tercepat untuk bahagia kembali.
Ternyata aku yang dulunya begitu naif akhirnya mengakui, aku salah.
Kabur dari hal hal yang menyakitkan tidak lantas membuat hidupku menjadi baik.

Aku yang punya hobi aneh.
Kerap sembunyi jika kesal.
Tak akan teriak menangis.
Yang ada malah lari ke kolong meja untuk menangis dalam diam.
Dulu selalu terlintas, "pergi aja. Mungkin setelah pergi semua akan kembali seperti sedia kala".
"Sembunyi saja , setelah kau keluar nanti semua akan menjadi seperti semula"
Atau jika aku tak menemukan tempat teraman untuk lari dari dunia nyata, aku akan memilih pergi kedunia mimpi dalam tidurku. 
Harapanku satu, masalah yang kutunda di dunia nyata bisa hilang ketika aku kembali.
Aku hobi menunda.
Aku hobi menghilang.
Aku yang terlalu penakut akan kesedihan justru kerap menjadi semakin sedih karena ulahku sendiri.

Siapa yang seperti aku?
Kamu, kalian.
Aku pasti punya banyak teman.
Bahkan pasti ada kalian-kalian yang ingin memulai lari dari masalah, bukan? 
Mencoba seperti apa yang kerap kulakukan.
Percayalah... Itu hanya akan membuat kalian semakin terlihat menyedihkan.

Aku pernah begitu menyedihkan.
Kabur seperti pilihan terakhirku, tanpa mau melihat ada opsi lain yang bisa ku pilih. 
Pernahkan kamu, menjadi seperti aku yang dulu?
Kumohon hentikan.
Berhenti sebelum kamu menjadi jauh lebih menyedihkan.
Mungkin akan ada beberapa hal dalam hidupmu yang tak bisa kau selesaikan sendirian.
Tak apa menjadi salah, 
Tak apa jika punya segudang masalah.
yang menjadi masalah adalah ketika kita tahu kita bermasalah namun berpura pura baik-baik saja.
Tak apa jika terluka. Ada jutaan orang yang juga merasakannya.
Tak apa jika kamu salah, karena tanpa kesalahan kesalahan itu, kamu tidak akan tahu apa yang dinamakan "Kebenaran"

Tak ada satupun tempat yang menjanjikan kebahagiaan abadi.
Tak ada satupun tempat yang menjanjikan ketenangan abadi.
semua tempat memiliki kisahnya sendiri.
Sedihnya sendiri, Lukanya sendiri.
Pergi untuk mengambil nafas sesaat.
Pergi untuk mengambil jarak sesaat.
tapi ingat untuk kembali dan jangan sampai tersesat.
karena yang akhirnya bisa dilakukan diri sendiri adalah "memaafkan dan melupakan".
Berhenti kabur dan kembali,
Berdamai dari apa yang dihindari

Jangan lari,
Jangan sembunyi,
Masalah masalah baru nantinya akan menghantui.

Jumat, 09 Maret 2018

Breaking News



5 Maret 2018, 19.47
Laporan hati saat kemarin.

Ada aromamu yang tercium sedetik yang lalu, dan langsung menyeretku menuju waktu dimana dulu kau masih disampingku.
Aromanya membawa berjuta kenangan kembali berputar.
Rasanya aneh bukan,
Bahkan dari baumu saja sudah sangat menyisakan rindu yg menyiksa.
Apa kabarmu disana ?
Kemarin malam sepertinya kau mampir dimimpi.
Tapi mengapa tak menyapa?
Aku rindu mendengar suaramu.
Terdengar lucu bukan,
Bahkan tawamu yang dulu sering menggangguku justru menjadi satu hal yang paling ingin kudengar saat ini.

Aku ingin membuat banyak kesalahan hanya agar dapat mendengar omelanmu.
Aku ingin tidur lebih lama berharap ketukan darimu yang membangunkanku.
Aroma wanita tadi mengingatkanku.
Pernah ada kau di hidupku selama 22 tahun.

Apa kabarmu?
Tak sepi bukan diatas sana, buktinya kau pergi terlalu cepat dan tak mau kembali.
Baru baru ini aku dimarahi semua orang karena suatu hal yang membuatku kesal.
Itu pasti ulahmu kan?
Kau membisikkannya pada telinga mereka.
Bahkan dari sanapun kau masih mengawasiku.
Curang !!
Dari sana puas kau memandangku.
Pantas saja kau tak merindukanku .
Sedangkan aku, butuh usaha lebih hanya untuk mengingat kembali suaramu
Dan kesalnya rinduku tak kunjung surut.

Aku sedang di bus.
Sedang mendengarkan lagu kesukaanmu.
Lagu yang kerap kau nyanyikan dengan suara cempreng.
Lagu yang selalu kau nyanyikan ketika kau merasa gusar.
Sementara aku akan selalu menertawakan nada nada yang lepas
atau sekedar menggodamu yang tak hapal lirik.

Dan aku rindu.. 
Rindu pertengkaran yang kerap terjadi hanya karena aku malas cuci piring.
Rindu adu argumen kita akan hal remeh.
Rindu kau mencubitku.
Rindu kau menciumku.

Apakah dilangit sana, kau menemui anak senakal aku?
Anak nakal yang gak bisa menepati janji.
Janji untuk tidak menangis tiap merindukanmu.
Apakah dilangit sana kau mengingatku?
Apa kabarmu?
Aku tidak sedang baik baik saja.


Laporan selesai.

Selasa, 06 Maret 2018

Judgment!




She's too Curvy, She needs to lose weight.
She's too Skinny, She needs to eat more.
You're too Judgmental and you need to stop that shi*t-****

Menjadi "cantik" adalah idaman bagi setiap wanita. 
Wanita mana yang tak ingin di puja "cantik" terutama oleh lawan jenis.
Wanita mana yang tidak tersipu dikatakan menarik.
Bahkan jika ucapan "Cantik"  dilakukan sebagai bentuk becandaan sekalipun, tiap wanita masih kerap ingin mendengarnya. 

Mungkin itulah sifat dasar manusia. ada keinginan untuk diakui lebih. 
Bentuk pengakuan yang terkadang sebenarnya justru menyedihkan.
mengapa begitu ?
Coba perhatikan bagaimana banyak wanita zaman sekarang berusaha lebih keras hanya untuk dibilang cantik.
Usaha yang dilakukan terkadang malah kerap membahayakan diri sendiri.
Usaha yang dilakukan terkadang malah membuat dia harus kehilangan dirinya sendiri. 
Tujuannya tak lain, tak bukan, hanya untuk memenuhi standar yang coba diciptakan oleh manusia YANG belum tentu juga lebih baik darinya.


Manusia kerap mengukur semua hal yang dia  temui.
Manusia kerap menamai hal hal yang dijumpai.
Ketika seseorang terlihat putih, tinggi, langsing, dinamakan cantik
Ketika seseorang terlihat hitam, pendek , gendut, dinamakan jelek.
Ketika seseorang terlihat tidak seperti apa yang ada di pikiran orang-orang, dikatakan kampungan.
pertanyaannya, "Kita ini sebenarnya hidup untuk siapa ?"

sebenarnya ingin rasanya memarahi orang yang pertama kali mengatakan "putih" itu merupakan  standar perempuan dikatakan "Cantik". 
Tak tahukah dia bahwa seseorang yang berkulit putih begitu rentan terhadap kanker kulit karena kekurangan melanin yang dapat melindungi kulit dari paparan sinar UV.
Tak tahukah dia bahwa kandungan kolagen pada orang yang berkulit putih tidak sebanyak orang yang berkulit gelap yangjustru dapat menyebabkan penuaan dini cepat terlihat.

Dan siapa yang bilang menjadi kurus itu lebih baik daripada menjadi gemuk?
Tak tahukah kalian resiko orang yang berbadan kurus sama berbahayanya dengan orang yang berbadan gemuk ?


Penelitian  menunjukkan, perempuan yang terlalu kurus 3 kali lebih rentan serangan jantung di usia 42 tahun ke atas, lemak yang terlalu sedikit di persendian memicu arthritis atau radang sendi, yang merupakan faktor risiko atheroschlerosis atau penyumbatan pembuluh darah ke jantung.


Bukankah menjadi sehat jauh lebih penting daripada sibuk mengejar kata "Cantik"  yang dilabelkan orang orang yang sebenarnya juga belum tentu "Cantik "?

Untuk apa menjadi putih, Jika kulit wajahmu ditutupi bahan bahan kimia yang pada dasarnya akan merusak kesehatan wajah itu sendiri.
Untuk apa menjadi kurus, Jika pada akhirnya kamu harus menderita Bulimia yang hanya akan membahayakan nyawamu sendiri. 

Gendut, Kurus, Putih, Hitam, Tinggi, Pendek,
Bukankah jauh lebih baik jika kamu merasa "Hidup" dan "Bahagia" ?
Tak bisakah kita melihat bahwa ukuran tersebut hanya sementara ? 
Tak selamanya kulit putih itu akan terus kau banggakan.
kelak ketika tuamu tiba, semua akan tampak berbeda. 
Tak selamanya "Body Goal"-mu itu akan tetap ada.
kelak saat gelambir mulai merenggut di usia senjamu, kau tak dapat menolak.

Tahu seberapa kerasnya seseorang yang berbadan gemuk untuk berolah raga bahkan menahan lapar hanya untuk bisa mendengar kata "Kurusan ya.."?
Tahu seberapa kerasnya seseorang yang berbadan kurus untuk memakan semua makanan hanya untuk bisa melihat angka timbangan menyentuh normal dan tidak terlihat seperti orang kekurangan gizi ?

Kita kerap mengabaikan usaha-usaha yang sudah dilakukan orang orang terhadap dirinya sendiri. 
Kita kerap melihat apa yang ingin kita lihat, dan kemudian berkomentar sesuka hati hanya karena apa yang kita lihat tidak sesuai dengan standarnya "Zaman".

Kata siapa Cantik itu harus Putih?
Kata siapa Cantik itu harus Kurus?
Pergilah ke Afrika, standart cantik disana berbeda dengan apa yang ada dikepalamu. 

Semua terlahir cantik dan baik adanya.
Dengan semua kekurangan yang ada, kita menjadi sempurna sebagai manusia.
Daripada sibuk berkomentar terhadap tubuh orang lain, yang bahkan tak mempengaruhi hidupmu, mengapa tidak mencoba saling menyemangati.

Bisa saja saat dia terlihat buruk kemarin, karena baru melewati malam malam patah hati.
Bisa saja saat matanya terlihat berkantung, karena ada lembur yang telah dia lewati bermalam-malam.
Bisa saja saat dia terlihat sangat kurus, karena ada diare berhari-hari yang terjadi sebelumnya. 
Bisa saja saat kulitnya menggelap, karena harus berdiri berjam-jam di bawah terik matahari demi sesuap nasi.
Kau hanya mengetahui "namanya" , Kau hanya melihat "fisiknya", tidak dengan kisah hidupnya.

Banyak diantara kita, yang merasa berada di titik terburuk hidupnya hanya karena komentar komentar yang dilakukan seseorang.
Banyak pula diantara kita yang berkomentar terhadap hidup orang lain hanya untuk menyakinkan diri sendiri bahwa hidup kita jauh lebih baik dari hidupnya mereka. 
Berhenti berkomentar hanya untuk menyenangkan dirimu sendiri.
Siapapun itu pasti merasa lelah  berusaha selalu tampil sempurna hanya demi sebuah komentar dari orang yang  tak sempurna. 
Coba sekarang tanya pada dirimu sendiri , apakah kamu sudah lebih baik dari orang-orang yang kerap kamu komentari?


******
Ini catatan untuk diri saya sendiri yang kerap merasa lelah dalam memenuhi ekspektasi orang-orang yang ada disekitar saya.
Ini catatan untuk diri saya sendiri yang juga kerap berkomentar terhadap hidup orang lain dan mulai membandingkannya dengan diri saya sendiri.
Ini catatan untuk diri saya sendiri, agar saya bisa lebih mencintai diri saya sendiri. 
Ini catatan sebagai pengingat bagi diri saya sendiri bahwa tubuh saya, adalah milik saya, dan hanya saya yang bisa menerimanya dengan apa adanya. 









Senin, 26 Februari 2018

GRADUATE



Hai Kau....

Sepertinya pelarianku akanmu tak dapat dihindari lagi.
Mencoba menghindarpun sepertinya kini sulit.
Bagaimana tidak, kini siapapun yang menemuiku pasti akan selalu mempertanyakan tentangmu.
Ribuan alasan sudah terucap, hanya diri sendiri yang tau kenyataannya.
Hai Kau, sepertinya kali ini aku tak mampu mengelak.

Lucunya aku kerap beranggapan aku tidak memikirkanmu.
Aku kerap berpura-pura tidak mengingatmu.
Aku berpura-pura bahwa semua akan selesai.
Dan aku juga sebenarnya tahu, tak akan pernah ada yang selesai jika tak pernah dimulai.

Alasanku habis.


Mungkin banyak yang bertanya mengapa aku memilih untuk berurusan kembali denganmu.
Banyak yang mempertanyakan alasan ku mengapa aku dengan nekatnya memilih berhadapan lagi dengan mu, padahal butuh waktu lama aku untuk berduel dengan mu dulu.
Aku sendiri kerap mempertanyakannya.
Aku sendiri belum menemukan jawabannya.
Aku justru lebih sering mempertanyakan diri sendiri tentang mu.
Aku tidak menyukaimu dulu, dan kini Aku malah memilihmu lagi.

Baiklah...
Kau menang lagi.
Aku harus berhenti mempertanyakan dan mulai mengerjakan. Itu katamu.
Menyelesaikan apa yang dari awal telah aku mulai. Itu nasehatmu.
Bijak sekali Kau..
Apakah dengan berduel kali ini denganmu juga akan membuatku terdengar bijak sama sepertimu?
Apakah dengan menyelesaikan perperangan denganmu akan membuatku jauh terlihat lebih baik seperti dirimu ?

"Jangan banyak tanya !, Kerjakan saja..." Katamu terus.

Ya..ya... ya... Dasar cerewet..!
Aku memang tak pernah bisa menang adu argumen denganmu.
Baiklah, Akan aku selesaikan.
semoga kali ini aku tidak babak belur seperti yang dahulu.

"Selamat berjuang..! Semoga Berhasil..!!" Teriakmu
"Sampai ketemu di Sidang Meja Hijau Kembali..!"

Hei.. Tak bolehkah aku menanyakan satu hal lagi ?
Darimana aku harus memulainya ?
Bagaimana aku harus memulainya ?
Bagaimana jika nanti tak dapat kuakhiri ?

"Mulai dari nol ya.... " Jawabmu berlalu dengan tawa di wajah.

Andai saja kau berwujud. Sudah dapat kupastikan cangkir gelas yang kugenggam ini pasti akan melayang menyentuh kepalamu.



Jakarta, 26 Februari 2018
Ada janji yang ingin ditepati.. ☺


Kamis, 22 Februari 2018

GROWING UP


Love if you're in love, Cry if you're hurt, Smile if you're happy. Don't grow old, just grow up. Make mistakes, and learn from them. 

Kadang menjadi dewasa terasa begitu merepotkan, bahkan untuk urusan seperti cinta.
Menjadi dewasa tidak semudah kelihatannya, khususnya untuk urusan sebuah rasa.
Butuh banyak analisis kemungkinan yang muncul hanya untuk mendefinisikannya.
Butuh banyak waktu yang dilalui hanya untuk menyakinkannya.
Alasannya malah jauh lebih sederhana.
Agar tidak terlalu jauh..
Agar tidak terlalu jatuh..
Agar tidak terlalu berharap..
Agar tidak terlalu terjerembab..

Kedewasaan tumbuh seiring sejalan dengan kebodohan itu sendiri.
Kita lupa,
Untuk urusan hati ternyata tak perlu banyak analisis.

Dewasa juga kerap mendinginkan hati.
Menutup semua kemungkinan hanya karena tak ingin ditertawai.

Dewasa membuat kita terlihat begitu menyedihkan.
Seperti berjalan tanpa rasa padahal banyak asa yang ingin diterbangkan.
Kita tahu, kita mau..
Hanya saja, kita kerap malu.

Dewasa kerap menuntut untuk realistis,
Tanpa sadar membuat kita menjadi apatis.
Dewasa memaksa kita untuk berfikir logis,
Tanpa sadar membuat kita menjadi skeptis.

Dewasa adalah pilihan.
Usia kerap menua, tapi tidak dengannya.
Dewasa adalah pilihan, tapi tidak dengan cinta.
Dia hadir, memenuhi dan menghangatkan.
Tanpa sebab, tanpa tanya.
Dia masuk mengisi ruang.
Menjadikannya penuh hingga tak punya tempat bagi cinta cinta yang lain.
Dia yang tak mampu dijelaskan oleh pikiran, namun mampu dirasakan oleh hati.
Sebuah rasa yang tak terdefinisi namun dapat dimengerti.
Kadang menjadi dewasa, kita kerap sukar memahami.
Bahwa yang dibutuhkan sebuah cinta adalah hati yang bersedia untuk diisi.

Dewasa membuatku sadar, ada banyak pilihan yang terbentang.
Dengan berjuta-juta kemungkinan yang pasti akan terjawab dengan analisis dan teori.
Dewasa pula yang buatku sadar bahwa  tak pernah ada "kemungkinan-kemungkinan" lain untuk cinta
Alasan-alasan yang mampu menjelaskan mengapa aku menjatuhkan hati saat ini.

Senin, 19 Februari 2018

PERENUNGAN



Ada satu hari dimana kita merasa sangat lelah. 
Sepertinya hari itu, alam semesta tak berpihak pada kita.
Setiap langkah yang dijalani semakin membawa kita jauh kedalam keraguan. 
Setiap waktu yang terlewati semakin membawa kita jauh kedalam penyesalan. 

Ada satu hari dimana kita benar benar merasa berhenti. 
Hanya ingin menutup mata dan kemudian bangun disatu masa lain,
dimana ada bahagia yang ditemukan. 
Nyatanya, tak pernah terjadi. 
Kita akan tetap slalu bangun dalam kondisi yang justru tidak lebih baik dari sebelumnya.

Ada masa, dimana kita hanya ingin bersandar sepanjang hari. 
Merasa lelah bahkan hanya untuk berbagi.
Hanya duduk diam berharap dunia tahu bahwa kita sedang memikul sesuatu yang berat. 

Kadang kita juga kerap berteriak. 
Melantangkan semua keluh yang bisa disampaikan, hanya untuk sebuah tepukan di pundak
dan sebait kalimat penenang seperti "Tenanglah, semua akan baik baik saja". 

Namun, meski semua tangan telah menggandeng. 
Banyak bahu yang dijadikan sandaran. 
Hingga banyak kata yang menguatkan,
Ternyata tak pernah cukup untuk menentramkan batin.

Pernah bukan,
Menjadi begitu kesepian ditengah keramaian ?
Menjadi bisu ditengah percakapan ?
Lantas apa yang salah ?
Tanyamu pasti, tanyaku pula. 

Berlari sejauh apapun, 
Dicari kemana pun,
Tak akan pernah ada kepuasan. 

Aneh bukan? 
Yang ada malah beban yang memimpin.
Semakin kusut benang. 
Dan tanya semakin terbentang,

Apa yang salah?
...........

Mungkin kita lupa, 
Manusia hanya sementara. 
kita kerap lupa,
Manusia juga tidak sempurna.
Lantas mengapa bersandar pada hal-hal yang justru sama lemahnya dengan kita?
Yang sama bimbangnya dengan kita?
Yang tidak lebih baik dari kita?

Bahu yang kau sandari tak lebih kokoh dari bahumu sendiri. 
Dia juga bisa saja merasa lelah dan ambruk begitu saja. 

Tangan yang kau genggam tak lebih hangat dari tanganmu sendiri. 
Dia juga bisa saja merasa bosan dan kemudian melepaskan begitu saja. 

Sepertinya kita kerap salah bersandar. 
Salah berharap, dan salah menggenggam.
Mungkin karena kita sedemikian manusianya. 
Dan lucunya, manusia akan tetap selalu merasa bisa melewati segalanya sendirian.
Dan lucunya lagi, akupun slalu begitu.






Selasa, 13 Februari 2018

Aku dan Rahasiaku

There is no friend as loyal as a book- Ernest Hemingway

Temukan aku diantara buku-buku.
Tempat persembunyian terbaik yang diciptakan untukku.
Tempat sembunyi kala jatuh hati
Tempat lari kala patah hati.

Temui pula aku disudut buku buku itu.
Tempat aku mengkhayalkanmu,
Tempat aku menciptakan kamu,
Tempat aku dan kamu menyatu walau dalam khayal semu.

Lihat bagaimana aku tenggelam dalam duniaku.
Jangan paksa aku tuk keluar !
Masuk saja dan temani aku sembunyi.

Ini rahasia besarku!
Jika aku luput dari pandangmu, atau,
Jika suatu hari rindumu ada padaku, 
Temui aku disitu.
Menunggu untuk ditemukan olehmu.

Rabu, 07 Februari 2018

FASE (2)

Aku menulis karena aku tahu tak akan banyak kata yang mampu aku ucapkan untuk mewakili setiap rasa yang aku alami saat ini. 
Aku menulis karena aku tahu, aku kerap kesulitan menjelaskan apa yang ada dipikiranku. 
Aku kesulitan menjelaskan rasanya "sedih"
Aku kesulitan menjelaskan rasanya "kecewa"
Aku kesulitan menjelaskan rasanya "marah"
Aku menulis karena aku tahu, bahwa hanya dengan tulisan, aku mampu mengekspresikan apa yang tak dapat aku sampaikan.
Aku menulis karena aku tahu, jika tidak aku ungkapkan kelak aku hanya akan hancur lebih dari ini.

Dengan menulis, aku hanya berharap dapat menarik satu persatu benang kusut yang tengah terpintal di kepalaku. Mengurainya mungkin membuatku dapat berfikir lebih jernih. Menuliskannya lebih memudahkanku daripada membicarakannya.
Karena terkadang ada banyak hal yang tak mampu dijelaskan lewat kata kata.

Aku menulis kali ini,
karena aku sadar tak akan banyak orang yang dengan senang hati menjadi pendengar tanpa menghakimi.


Jakarta, 7 Februari 2018

Tadi malam, untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun, aku jatuh dalam tangisku.
menerima kabar yang tak mengenakkan tentu siapapun tak akan ada yang mau.
tapi sepertinya, kabar seburuk apapun ditutupi, pasti akan sampai ketelinga juga.
Bagaimana aku harus mulai menceritakannya, bagaimana pula nanti aku harus menyelesaikannya.
Aku sama sekali tak tahu.
sepanjang malam yang kulakukan hanya mengucapkan kata "Maaf"
entah pada siapa, entah untuk apa...

pernah seperti itu ?
seperti semua hal yang salah didunia ini adalah karena ketidakmampuanmu sebagai manusia.
pernah seperti itu ?

sepanjang tadi, otakku terus berputar,
dimana yang salah, dimana yang salah, dimana yang salah...
lucu ya.... 
bahkan aku tak punya kata lain yang bisa aku fikirkan. 
seakan otakku hanya menerima 3 kata tersebut "dimana yang salah?"

Amarahku belum reda namun kini ditambah dengan amarah yang baru.
kecewaku belum hilang namun kini ditambah dengan kecewa yang lebih lagi
bukankah aku hanya manusia yang boleh terlihat tidak baik baik saja ??
lantas mengapa aku terpaksa tak boleh bersedih ?
mengapa semua bersandar pada aku yang sendiri saja masih mencari tempat untuk berpegang?


aku ingin lari....!!
tutup telinga dengan semuanya.
aku ingin pergi, 
jauhh... dan amnesia 
aku ingin menjadi normal
tak bisakah ?
sesulit itukah menjadi wanita yang biasa biasa saja ?
aku ingin tidur....







Selasa, 06 Februari 2018

FRIENDZONE



Aku sepertinya gila, kehilangan akal bahkan untuk berfikir.
ada kamu disitu, berputar.
mengisi otakku, buatku pengar.

"Ingin Kamu" kata Hati
"Bukan Kamu" kata Pikiran
Kali ini mereka tak sehati,
Membuatku semakin pusing tidak karuan.

Nyaman bersama tak cukup jadi alasan, katamu
Karena yang nyaman akan kalah dengan yang kan slalu ada, menurutmu.
sedangkan kamu adalah bagian dari keduanya, bagiku.
yang nyaman dan selalu ada, kataku.

"bodoh yang menolakmu" ungkapmu.
"kamu yang bodoh!" teriakku.
semestapun menertawakan kita.
bagaimana bisa mencinta, katanya
jika rasa cinta itu saja tak dikenalinya.

kamu yang belum menyadarinya,
atau mungkin aku yang terlalu menginginkannya,
terserah kamu ingin menamainya apa,
persahabatan ataukah kekeliruan.
tapi satu yang aku tahu,

ada tanda koma yang tengah kita sematkan diakhir cerita ini.
entah kau tak ingin menamatkannya
atau engganmu untuk menamainya bahwa kita hanya teman saja.
ataukah karena ragumu yang begitu besar.
terserah...
akan ada jarak yang kali ini aku ciptakan.
agar kamu paham bahwa kalimat "aku menyukai..." tak akan pernah lengkap tanpa "kamu".




Senin, 05 Februari 2018

RESOLUSI



Nobody can go back and start new beginning, but anyone can start today and make new ending-Anonymuos


Tahun 2018....
Dengan beraneka ragam mimpi yang ada dikepala, dengan banyak impian di hati.
Hari ini sedang berfikir, mimpi apa lagi yang akan terwujud di Tahun ini ?
Petualangan sejauh apa lagi yang nanti akan aku hadapi ?
Kemana kelak kaki ini membawa aku pergi ?

Tahun ini, Resolusi apa lagi yang kamu ucapkan ?
bukankah tiap tahunnya kita kerap seperti itu ?
Mengucap resolusi tanpa pernah mengevaluasi.
Resolusi apa lagi yang kamu janjikan pada diri sendiri ?
Resolusi yang dirimu sendirilah yang kerap mengingkarinya.

"Seperti yang kita tahu, beberapa janji mengenal kadaluarsa. karena itu hal yang paling menyebalkan dari sebuah janji adalah: Membuat seseorang menanti dan berekspektasi"- Catatan Juang.

Tahun ini,
lupakan tentang resolusi.
lupakan tentang janji
mulailah dengan aksi.

Aksi untuk menjadi lebih baik.
Aksi untuk berpetualang lebih jauh
Aksi untuk menyayangi lebih sungguh
Aksi untuk berhenti menyakiti.

karena baik siapapun bahkan diri sendiripun pasti tak akan  mau hanya sekedar menanti dan berekspektasi.



Jakarta 5 Februari 2018
Sedikit telat untuk mulai beresolusi dan beraksi. tapi lebih baik dari pada tidak sama sekali bukan ?