![]() |
"aku merasa lelah" kataku menatap jauh keujung cakrawala. sudah berapa kali aku menghela nafas, namun entah mengapa aku yakin, kau, meski duduk tepat disampingku. pasti tidak akan sadar akan helaan yang terlontar. kau sibuk dengan cerita mu tentang masa depan. kau sibuk menceritakan ingin mu. kau terlalu sibuk bahkan hingga mungkin tidak sadar aku sudah bosan dengan ceritamu. perkataanku barusan membuatmu terdiam, akhirnya.
"lelah ? bersandarlah pada ku. aku punya bahu yang kuat buat menopangmu. aku punya lengan yang hangat. dan aku bisa menjaminimu bahwa kau akan merasa sangat nyaman" jawabmu sambil tersenyum. aku menatap senyum itu. senyum yang tidak berubah sejak pertama kali kita bertemu. tapi entah mengapa kali ini aku tidak merasa tertarik lagi dengan senyum itu.
aku membalas senyum mu. mencoba memberikan senyum setulus mungkin. tapi entah mengapa aku tetap tidak merasa bisa. kau melanjutkan ceritamu. menceritakan semuanya dengan semangat yang berkobar. sedangkan aku justru sibuk menghitung helaan nafas yang sudah berpuluh kali aku keluarkan.
"bagaimana jika lelah ini dikarenakan oleh mu ?" tanyaku kembali. kali ini aku benar-benar tidak sanggup berpura-pura. dan benar saja kali ini kau tertegun menatapku. ekspresi mu berubah 180 derajat. kerutan dikeningmu menampakan diri, pertanda kau sedang bingung dengan apa yang barusan aku katakan.
"maksudmu ?" tanyamu dengan wajah kebingungan. sebenarnya aku ingin langsung saja tertawa kemudian mengatakan bahwa itu hanya lelucon dan melupakan pertanyaan ku tadi. aku tidak ingin bertengkar kembali denganmu. aku tidak ingin bertengkar kembali karena setengah jam yang lalu kita baru saja berbaikan. kita bertengkar hebat semalam karena hal yang sangat sepele.
tapi sepertinya kotak tawa dalam perutku benar benar sedang kosong. aku benar-benar tidak ingin bercanda. sedang dalam kondisi yang sangat ingin serius.
"tiap aku merasa lelah, aku butuh bahu yang sanggup menopangku. kamu. bahu yang tadinya kupikir adalah bahu ternyaman yang cukup kuat menopangku. tapi bagaimana jika perasaan lelah ini justru disebabkan oleh karna mu ? kemana aku kelak kan bersandar ? haruskah aku mencari bahu lain untuk menopang ku ?atau tetap bertahan pada bahu mu meskipun lelahnya kan terus bertambah ??"
kau kini benar-benar terdiam. tak ada satu katapun yang terucap. aku menebak, kau pasti cukup kaget dengan penyataan ku barusan. dan pasti butuh waktu lama bagi mu untuk mencerna dari tiap kata yang ku lontarkan.
"bukan maksudku membuat mu begitu.... aku tidak pernah tahu. aku fikir kau bahagia karena kau selalu tersenyum setiap bersama ku. aku fikir......"katamu panik
"ya.. kau memang selalu berfikir seperti itu. kau hanya menggunakan fikiranmu untuk menilaiku. kau hanya menggunakan sudut pandangmu untuk mengerti aku. kau tidak pernah menggunakan fikiranku untuk menilai diriku yang sebenarnya. tak apa.... aku sudah biasa diperlakukan seperti itu. mungkin karena aku tidak pernah mengatakan 'tidak' padamu. mungkin karena slalu mengatakan 'ya'. aku hanya merasa lelah. dan tidak tahu akan sampai kapan aku sanggup bertahan dengan hal yang seperti ini. kelak jika pada akhirnya aku memutuskan untuk pergi, mungkin karena aku sudah tidak sanggup lagi bersandar pada bahumu yang sebenarnya tak pernah mebuatku merasa nyaman..."entah kemana semua air mata ku menguap. sepertinya ikut terbawa uapan air laut ke angkasa. satu tetespun tak mengalir.
aku beranjak dari sisimu. dan kau hanya diam terduduk tak bergeming sibuk pada fikiranmu sendiri. itu pertemuan terakhir kita. tanpa ada kata pembelaan darimu, tanpa ada kata perpisahan yang terucap. tapi disaksikan deburan ombak yang menghantam pantai. kita sama-sama tahu bahwa jawaban dari pertanyaanku itu adalah perpisahan....
****the end****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar